1. Manufaktur
Manufaktur disini merupakan
pabrik pengolahan air minum AQUA yang
memproduksi air dalam bentuk botol, galon dan gelas yang akan
didistribusikan. Dari sinilah awal proses rantai pasok di mana PT Tirta
Insvestama berperan sebagai perusahaan yang memproduksi produk. Di dalam
manufaktur ini sendiri terdapat proses produksi dengan tujuan untuk mengolah
air mentah menjadi air yang dapat dikonsumsi oleh konsumen. Setelah proses
pengolahan yang cukup panjang dan siap untuk dipasarkan maka produk Aqua
tersebut akan disalurkan kepada depo-depo Tirta Investama untuk didistribusikan
lebih lanjut kepada level market di bawahnya.
2.
Distribusi
Proses selanjutnya adalah distribusi yang dilakukan oleh depo-depo
yang dimiliki oleh PT Tirta Investama. Dalam proses distribusi ini merupakan
proses terakhir yang dikelola langsung oleh pihak PT Tirta Investama sendiri.
Jadi setelah melewati proses distribusi dari depo-depo perusahaan ini tidak
lagi mengelola secara langsung melainkan yang mengelola adalah pihak-pihak
Retailer sendiri. Dalam proses distribusi PT Tirta Investama telah menerapkan
beberapa kebijakan untuk mendukung proses distribusi tetap berjalan dengan
lancar, kebijakan-kebijakan tersebut akan saya bahas sebagai berikut ini:
a.
Penempatan Jaringan
Dalam hal penempatan jaringan distribusi dalam hal ini adalah Depo
PT. Tirta Investama terdapat sebuah kebijakan yang menurut saya cukup baik
untuk diaplikasikan dalam produk lain. Pihak PT. Tirta Investama membuat
strategi distribusi yaitu dengan hanya memasarkanproduknya disekitar daerah pabriknya
berada seperti Solo, Klaten, Sragen, dll. Hal inidikarenakan PT.Tirta Investama
merupakan distributor yang hanya mendistribusikan produk dariAQUA jadi dalam
mencari jaringan konsumennya sudah diatur oleh perusahaan AQUA itu sendiri
dimana daerah distribusinya berada di daerah sekitar pabrikuntuk meminimalkan
biaya transport.Menurut analisa saya hal ini tentunya sangat membantu
perusahaan dalam menekan Distrbution Cost. Perusahaan hanya tinggal
mendistribusikan produknya ke retailer-retailer melalui Depo PT. Tirta
Investama, setelah itu depo-depo tersebutlah yang akan menyalurkan Aqua kepada
End Consumer. Cara ini menurut saya cukup efektif untuk menekan biaya
distribusi selain juga dikarenakan kebutuhan masyarakat akan produk Aqua yang
sudah cukup tinggi sehingga perusahaan tidak harus menyalurkan langsung ke masyarakat.
b.
Decoupling point
Ada satu hal lagi yang
membuat saya tertarik dengan sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. Tirta
Investama. Hal ini erat kaitannya dengan sistem pemasokan produk yang dilakukan
perusahaan yaitu sistem Decoupling point.
Dalam penentuan decoupling point, Depo PT. Tirta Investama menerapkan
sistem
make to stock dimana pemesanan
produk dari pabrik AQUA dilakukan dengan
jumlah yang sama setiap
kali pemesanan. Hal ini menurut mereka dilakukan untukmenghindari stockout jika
terjadi lonjakan permintaan secara tiba-tiba serta
menjaga kepuasan konsumen
dengan memberikan lead time paling lama
4 hari. Namun hal ini menyebabkan inventory cost menjadi naik. Di sinilah letak
kelemahan sistem ini karena dengan adanya barang-barang inventory yang cukup
banyak tentunya akan menyebabkan peningkatan inventory cost.
3.
Retailer
Retailer merupakan pihak yang berperan dalam proses distribusi di
bawah Depo PT. Tirta Investama. Retailer di sini merupakan agen-agen
distributor Aqua kepada pasar. Dalam hal ini retailer adalah pasar pertama yang
dihadapi oleh Aqua sendiri karena di sini sudah terjadi proses transaksi jual
beli antara Depo dengan Retailer. Di sinilah segmen pasar yang sudah tidak
dikelola secara langsung oleh PT. Tirta Investama. Agen-agen yang menjadi
retailer ini merupaka pangsa pasar secara langsung dari pihak perusahaan.
Karena penjualan pertama yang dilakukan oleh perusahaan adalah kepada
retailer-retailer ini. Setelah produk Aqua sampai ke segmen retailer baru
kemudian produk tersebut disalurkan kepada End
User atau End Consumer. End user
inilah yang nantinya akan mengkonsumsi secara langsung produk Aqua ini.
4.
End User
End user merupakan segmen terakhir dari siklus
ini. End User di sini terbagi menjadi dua yaitu indirect userdandirect user.
Indirect user adalah konsumen yang membeli produk Aqua melalui retailer.
Konsumen jenis ini merupakan konsumen terbanyak dari produk Aqua ini
dikarenakan posisi dari para retailer-retailer lebih dekan dengan konsumen
dibandingkan dengan Depo PT. Tirta Invstama sendiri. Jenis user yang kedua
adalah direct user yang berarti
konsumen yang menggunakan produk Aqua langsung dari Depo PT. Tirta Investama
sendiri. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena meskipun sedikit tentunya ada
beberapa konsumen yang membeli produk Aqua langsung dari Depo milik perusahaan.
Walaupun memang jumlahnya tidak sebanyak indirect user.
Sistem Transaksi
Sistem
transaksi yang terdapat dalam siklus penjualan PT. Tirta Investama sendiri
terbagi menjadi dua jenis. Transaksi-transaksi tersebut dapat digolongkan
menjadi transaksi internal dan transaksi eksternal. Transaksi internal
merupakan transaksi yang terjadi secara langsung di dalam lingkungan
perusahaan. Transaksi ini terjadi antara segmen Manufaktur dan Depo. Antara
manufaktur dengan depo keduanya merupakan bagian dari PT. Tirta Investama
sehingga transaksi yang terjadi di dalamnya dapat digolongkan menjadi transaksi
internal. Sedangkan transaksi yang kedua adalah transaksi eksternal yang
merupakan lawan dari transaksi internal. Transaksi jenis ini terjadi pada
transaksi antara depo-retailer-user. Transaksi ini tidak melibatkan status
perusahaan karena memang berbeda perusahaannya atau pihak yang bersangkutan.
Fungsi Masing-Masing
Segmen
1.
Produsen
Produsen yang berperan di sini adalah PT. Tirta
Investama sebagai pihak manufacturer. Dalam fungsinya PT. Tirta Investama
tentunya menjalankan fungsi produksi yaitu mengolah air mentah menjadi air
mineral yang siap untuk dikonsumsi.
2.
Distributor
Terdapat dua subdivisi dalam segmen distributor
ini yaitu Depo PT. Tirta Investama dan pihak Retailer. Masing-masing subidivisi
ini berfungsi sebagai penyalur atau distributor antara pihak manufacturer
dengan konsumen.
3.
Konsumen
Merupakan pihak
yang dituju di dalam siklus ini. Pihak konsumen adalah pihak yang
berfungsi untuk memberikan feedback kepada perusahaa berupa hasil pembelian
produk. Jadi konsumen merupakan segmen yang berfungsi sebagai pihak yang
mengkonsumsi produk Aqua.
Penciptaan Tren
Dalam upaya penciptaan tren atau promosi kepada masyarakat pihak
PT. Tirta Investama melakukan dua sistem yaitu “above line” dan “below line”.
Sistem Above Line dilakukan pihak perusahaan dengan menggunakan kalimat-kalimat
persuasif di atas kemasan produk sebagai contoh “40 tahun Aqua bersama untuk
Indonesia”. Sedangkan sistem Below Line dilakukan dengan menciptakan budaya
meremas botol sisa Aqua sebelum dibuang ke tempat sampah.
Balancing Stock
Dalam melakukan
pemasokan PT. Tirta Investama menerapkan sistem make to stock. Kelebihan dari
sistem ini adalah terhindarnya dari stockout atau kehabisan stok yang
menyebabkan turunnya penjualan. Namun di sisi lain sistem ini justru bisa
menyebabkan menumpuknya produk persediaan. Dan akibat dari penumpukan stok ini
adalah meningkatnya inventory cost dari perusahaan itu sendiri. Namun masalah
ini tentunya dapat diatasi dengan perbaikan dalam hal strategi peramalannya.
Hal yang dapat dilakukan mungkin dengan memperbaiki aliran informasi dari
agen-agen dan perbaikan ulang strategi jaringan yang dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar