Selasa, 03 Desember 2013

Penerapan Manajemen Rantai Pasok Aqua oleh PT Tirta Investama



1.      Manufaktur
Manufaktur disini merupakan pabrik pengolahan air minum AQUA yang
memproduksi air dalam bentuk botol, galon dan gelas yang akan didistribusikan. Dari sinilah awal proses rantai pasok di mana PT Tirta Insvestama berperan sebagai perusahaan yang memproduksi produk. Di dalam manufaktur ini sendiri terdapat proses produksi dengan tujuan untuk mengolah air mentah menjadi air yang dapat dikonsumsi oleh konsumen. Setelah proses pengolahan yang cukup panjang dan siap untuk dipasarkan maka produk Aqua tersebut akan disalurkan kepada depo-depo Tirta Investama untuk didistribusikan lebih lanjut kepada level market di bawahnya.
2.      Distribusi
Proses selanjutnya adalah distribusi yang dilakukan oleh depo-depo yang dimiliki oleh PT Tirta Investama. Dalam proses distribusi ini merupakan proses terakhir yang dikelola langsung oleh pihak PT Tirta Investama sendiri. Jadi setelah melewati proses distribusi dari depo-depo perusahaan ini tidak lagi mengelola secara langsung melainkan yang mengelola adalah pihak-pihak Retailer sendiri. Dalam proses distribusi PT Tirta Investama telah menerapkan beberapa kebijakan untuk mendukung proses distribusi tetap berjalan dengan lancar, kebijakan-kebijakan tersebut akan saya bahas sebagai berikut ini:
a.         Penempatan Jaringan
Dalam hal penempatan jaringan distribusi dalam hal ini adalah Depo PT. Tirta Investama terdapat sebuah kebijakan yang menurut saya cukup baik untuk diaplikasikan dalam produk lain. Pihak PT. Tirta Investama membuat strategi distribusi yaitu dengan hanya memasarkanproduknya disekitar daerah pabriknya berada seperti Solo, Klaten, Sragen, dll. Hal inidikarenakan PT.Tirta Investama merupakan distributor yang hanya mendistribusikan produk dariAQUA jadi dalam mencari jaringan konsumennya sudah diatur oleh perusahaan AQUA itu sendiri dimana daerah distribusinya berada di daerah sekitar pabrikuntuk meminimalkan biaya transport.Menurut analisa saya hal ini tentunya sangat membantu perusahaan dalam menekan Distrbution Cost. Perusahaan hanya tinggal mendistribusikan produknya ke retailer-retailer melalui Depo PT. Tirta Investama, setelah itu depo-depo tersebutlah yang akan menyalurkan Aqua kepada End Consumer. Cara ini menurut saya cukup efektif untuk menekan biaya distribusi selain juga dikarenakan kebutuhan masyarakat akan produk Aqua yang sudah cukup tinggi sehingga perusahaan tidak harus menyalurkan langsung ke masyarakat.
b.        Decoupling point
Ada satu hal lagi yang membuat saya tertarik dengan sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama. Hal ini erat kaitannya dengan sistem pemasokan produk yang dilakukan perusahaan yaitu sistem Decoupling point. Dalam penentuan decoupling point, Depo PT. Tirta Investama menerapkan sistem
make to stock dimana pemesanan produk dari pabrik AQUA dilakukan dengan
jumlah yang sama setiap kali pemesanan. Hal ini menurut mereka dilakukan untukmenghindari stockout jika terjadi lonjakan permintaan secara tiba-tiba serta
menjaga kepuasan konsumen dengan  memberikan lead time paling lama 4 hari. Namun hal ini menyebabkan inventory cost menjadi naik. Di sinilah letak kelemahan sistem ini karena dengan adanya barang-barang inventory yang cukup banyak tentunya akan menyebabkan peningkatan inventory cost.
3.      Retailer
Retailer merupakan pihak yang berperan dalam proses distribusi di bawah Depo PT. Tirta Investama. Retailer di sini merupakan agen-agen distributor Aqua kepada pasar. Dalam hal ini retailer adalah pasar pertama yang dihadapi oleh Aqua sendiri karena di sini sudah terjadi proses transaksi jual beli antara Depo dengan Retailer. Di sinilah segmen pasar yang sudah tidak dikelola secara langsung oleh PT. Tirta Investama. Agen-agen yang menjadi retailer ini merupaka pangsa pasar secara langsung dari pihak perusahaan. Karena penjualan pertama yang dilakukan oleh perusahaan adalah kepada retailer-retailer ini. Setelah produk Aqua sampai ke segmen retailer baru kemudian produk tersebut disalurkan kepada End User atau End Consumer. End user inilah yang nantinya akan mengkonsumsi secara langsung produk Aqua ini.
4.      End User
End user merupakan segmen terakhir dari siklus ini. End User di sini terbagi menjadi dua yaitu indirect userdandirect user. Indirect user adalah konsumen yang membeli produk Aqua melalui retailer. Konsumen jenis ini merupakan konsumen terbanyak dari produk Aqua ini dikarenakan posisi dari para retailer-retailer lebih dekan dengan konsumen dibandingkan dengan Depo PT. Tirta Invstama sendiri. Jenis user yang kedua adalah direct user yang berarti konsumen yang menggunakan produk Aqua langsung dari Depo PT. Tirta Investama sendiri. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena meskipun sedikit tentunya ada beberapa konsumen yang membeli produk Aqua langsung dari Depo milik perusahaan. Walaupun memang jumlahnya tidak sebanyak indirect user.

Sistem Transaksi
            Sistem transaksi yang terdapat dalam siklus penjualan PT. Tirta Investama sendiri terbagi menjadi dua jenis. Transaksi-transaksi tersebut dapat digolongkan menjadi transaksi internal dan transaksi eksternal. Transaksi internal merupakan transaksi yang terjadi secara langsung di dalam lingkungan perusahaan. Transaksi ini terjadi antara segmen Manufaktur dan Depo. Antara manufaktur dengan depo keduanya merupakan bagian dari PT. Tirta Investama sehingga transaksi yang terjadi di dalamnya dapat digolongkan menjadi transaksi internal. Sedangkan transaksi yang kedua adalah transaksi eksternal yang merupakan lawan dari transaksi internal. Transaksi jenis ini terjadi pada transaksi antara depo-retailer-user. Transaksi ini tidak melibatkan status perusahaan karena memang berbeda perusahaannya atau pihak yang bersangkutan.

Fungsi Masing-Masing Segmen
1.      Produsen
Produsen yang berperan di sini adalah PT. Tirta Investama sebagai pihak manufacturer. Dalam fungsinya PT. Tirta Investama tentunya menjalankan fungsi produksi yaitu mengolah air mentah menjadi air mineral yang siap untuk dikonsumsi.
2.      Distributor
Terdapat dua subdivisi dalam segmen distributor ini yaitu Depo PT. Tirta Investama dan pihak Retailer. Masing-masing subidivisi ini berfungsi sebagai penyalur atau distributor antara pihak manufacturer dengan konsumen.
3.      Konsumen
Merupakan pihak  yang dituju di dalam siklus ini. Pihak konsumen adalah pihak yang berfungsi untuk memberikan feedback kepada perusahaa berupa hasil pembelian produk. Jadi konsumen merupakan segmen yang berfungsi sebagai pihak yang mengkonsumsi produk Aqua.

Penciptaan Tren
            Dalam upaya penciptaan tren atau promosi kepada masyarakat pihak PT. Tirta Investama melakukan dua sistem yaitu “above line” dan “below line”. Sistem Above Line dilakukan pihak perusahaan dengan menggunakan kalimat-kalimat persuasif di atas kemasan produk sebagai contoh “40 tahun Aqua bersama untuk Indonesia”. Sedangkan sistem Below Line dilakukan dengan menciptakan budaya meremas botol sisa Aqua sebelum dibuang ke tempat sampah.


Balancing Stock

            Dalam melakukan pemasokan PT. Tirta Investama menerapkan sistem make to stock. Kelebihan dari sistem ini adalah terhindarnya dari stockout atau kehabisan stok yang menyebabkan turunnya penjualan. Namun di sisi lain sistem ini justru bisa menyebabkan menumpuknya produk persediaan. Dan akibat dari penumpukan stok ini adalah meningkatnya inventory cost dari perusahaan itu sendiri. Namun masalah ini tentunya dapat diatasi dengan perbaikan dalam hal strategi peramalannya. Hal yang dapat dilakukan mungkin dengan memperbaiki aliran informasi dari agen-agen dan perbaikan ulang strategi jaringan yang dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar